Diposting oleh
shiefin fin_nyo rea
komentar (0)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan
kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jarinan agar
optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi
oksigen pada sebagian
besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan
penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.
Hormon yang dihasilkan
tersebut adalah T3, T4 dan Kalsitonin yang juga merupakan suatu hormon yang
baik bagi metabolisme kalsium.
Kelenjar tiroid tidak
esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan
terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi
mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan
badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan
panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid
dari hipofisis anterior. Sebaliknya , sekresi hormone ini sebagian diatur oleh
umpan balik inhibitorik langsung kadar hormone tiroid yang tinggi pada hipofisis
serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara ini,
perubahan–perubahan pada hipofisis serta
hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus.
Dalam
hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang
terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam
memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan
komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.
I.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah anatomi fisiologi dari kelenjar Tiroid?
2.
Apa definisi dari hipotiroid?
3.
Bagaimana etiologi dari hipotiroid itu?
4.
Seperti apa hambaran klinis dari hipotiroid itu?
5.
Bagaimanakah patofisiologi kelenjar tiroid?
6.
Apa gejala-gejala dari hipotiroid itu?
7.
Seperti apa pemeriksaan dignostik pada hipotiroid?
8.
Bagaimanakan pelaksanaan medis dan komplikasi dari
pasien hipotiroid?
9.
Bagaimana pencegahan dan pelaksanaan hipotiroid itu?
10. Bagaimana
ASKEP dari hipotiroid ini?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui seperti apa anatomi dan fisiologi
dari kelenjar tiroid itu sendiri.
2.
Untuk lebih memahami tentang hipotiroid itu.
3.
Untuk mengetahui etiologi dari hipotiroid.
4.
Untuk mengetahui hambatan klinis dari hipotiroid itu
sendiri.
5.
Untuk mengetahui tentang patofisiologi kelenjar
tiroid.
6.
Untuk mengetahui gejala – gejala yang timbul akibat
hipotiroid ini.
7.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari
hipotiroid yang di periksa.
8.
Untuk mengetahui pelaksanaan medis dan komplikasi
dari hipotiroid itu.
9.
Untuk mengetahui cara mencegah dan hitiroid dari
hipotiroid ini.
10. Untuk
mengetahui ASKEP dari hipotiroid.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi - Fisiologi Kelenjar
Tiroid
Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher
manusia bagian depan yang berbentuk seperti kupu – kupu karna terdiri dari dua
lobus, dimana satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah kiri trachea.
Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau
ismus) di
bawah kartilago krikoid di leher. Kelenjar tiroid memilki panjang ± 5 cm serta lebar 3 cm
dan berat ± 30 gram. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan
kurang lebih 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Kelenjar tiroid mempunyai
satu lapisan kapsul yang tipis dan pretracheal fascia. Pada keadaan
tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat ditemui di sepanjang jalur
perkembangan embriologi tiroid.
Tiap – tiap lobus mempunyai lobuli yang masing-masing lobuli
terdapat folikel dan parafolikel. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang
berisi koloid dimana hormone-hormon disentesa. Kelenjar tiroid terdapat sirkulasi
darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri
tiroidea superior merupakan percabangan dari arteri karotis eksternal dan
arteri tiroidea inferior merupakan percabangan arteri sublavia.
Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat
suplai darah yang lebih besar dibandingkan lobus kiri. Dipersyarafi oleh syaraf
adregergik dan kolinergik. Saraf adrenergic berasal dari ganglia servikalis dan
kolinergik berasal dari nervus fagus.
Aliran darah ke dalam tiroid, per gram jaringan kelenjar, sangat
tinggi (± 5 ml/menit/gram tiroid), yaitu ± 5 kali aliran darah ke dalam hati.
Keadaan ini mencerminkan tingkat aktivitas metabolic kelenjar tiroid yang
tinggi. Kelenjar tiroid menghasilkan 3 jenis hormone yang berbeda: Thyroxine
(T4) dan Triiodothyronine (T3) yang keduanya disebut dengan satu nama
hormon tiroid dan kalsitonin.
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang
dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin
ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi
T3 (triiodotironin) dan T4 (tiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran
T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti
T2.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah
TRH (thyroid releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon).
Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)-
kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang
kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang
tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur
di atas akan menyebabkan produksi T3 dan T4 terganggu.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi
tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4
yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di
dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti
hipotalamus yang berada di otak tengah.
Fungsi utama hormon T3 dan T4 adalah
mengendalikan aktivitas metabolikseluler. Kedua hormone ini bekerja sebagai
alat pacu umum dengan mempercepat metabolism, karena peningkatan konsumsi
oksigen dan produksi panas. Efeknya pada kecepatan metabolism sering ditimbulkan
oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut dalam oksigen , dan oleh
sifat responsive jaringan terhadap hormon yang lain. Efek ini pegecualian untuk
otak, lien, paru-paru dan testis. Hormone tiroid mempengaruhi replikasi sel dan
sangat penting bagi perkembangan otak. Kedua hormone ini tidak berbeda dalam
fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan
lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3
lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah
dilepaskan dari folikel kelenjar.
Adanya hormon tiroid dalam jumlah
yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang
luas terhadap metabolism seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ
yang penting.
Sedangkan Kalsitonin atau
tirokalsitonin merupakan hormon penting lainya yang disekresikan oleh kelenjar
tiroid. Sekresi kalsitonin tidak dikendalikan oleh TSH. Hormon ini disekresikan
oleh kelenjar tiroid sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi,
dan kalsitonin akan menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah
penumpukan kalsium dalam tulang.
II.2 Definisi Hipotiroid
Hipotiroid adalah suatu
kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah yang
disebabkan karna terjadinya hipofungsi kelenjar tiroid yang berjalan lambat.
Hal ini dapat disebabkan karna terjadi kelainan dalam kelenjar tiroid itu
sendiri, kerusakan dalam metabolisme tiroid, ataupun kekurangan yodium. Akibatnya kadar hormone tiroid dalam darah
berada dibawah nilai optimal. Keadaan ini dapat menyebabkan kegagalan
homeostasis tubuh.
Hipotiroid, juga dikenal sebagai
underactive thyroid (tiroid kurang aktif), adalah suatu kondisi di mana
kelenjar tiroid, yang memasok hormon untuk menjaga metabolisme agar bekerja,
tidak berfungsi dengan baik. Hal ini mengakibatkan kadar hormon esensial yang
diedarkan ke seluruh tubuh lebih rendah dari yang dibutuhkan sehingga dapat
merusak kemampuan tubuh untuk berfungsi secara efisien.
Hipotiroid umumnya mempengaruhi
orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat terpengaruh. Hipotiroidisme
pada bayi dan anak-anak dapat berakibat
pertambatan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap yang
parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme pada usia dewasa menyebabkan
perlambatan umum organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada rongga
intraselular, terutama pada otot dan kulit, yang menimbulkan gambaran klinis
miksedema. Miksedema adalah suatu kaadaan hipotiroid yang sudah sangat berat
atau merupakan tahap lanjut dari hipotiroid, yang contoh gejalanya adalah tekanan darah rendah,
kesulitan bernapas, suhu tubuh menurun bahkan, koma.
Menurut
Kamus Kedokteran Dorland, hipotiroidisme adalah defisiensi aktivitas tiroid.
Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan
laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap dingin, dan
gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan berkembang menjadi miksedema
nyata. Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme. Pada remaja,
manifestasinya merupakan peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental
yang relatif kurang hebat dan hanya gejala ringan bentuk dewasa.
Berdasarkan
Buku Patologi, disebutkan defisiensi ataupun resistensi perifer terhadap hormon
tiroid menimbulkan keadaan hipermetabolik terhadap hipotiroidisme. Apabila
kekurangan hormon timbul pada anak-anak dapat menimbulkan kretinisme. Pada anak
yang sudah agak besar atau pada umur dewasa dapat menimbulkan miksedema,
disebut demikian karena adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang
timbul akibat penimbunan mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di
seluruh tubuh.
Pada
Buku Ilmu Kesehatan Anak, kretinisme atau hipotiroidisme kongenital dipakai
kalau kelainan kelenjar tiroidea sudah ada pada waktu lahir atau sebelumnya.
Kalau kelainan tersebut timbul pada anak yang sebelumnya normal, maka lebih
baik dipakai istilah hipotiroidisme juvenilis atau didapat.
II.3 Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang
sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa
bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria
dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.
Dibawah ini adalah suatu daftar dari
beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh
suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a.
Hashimoto's
thyroiditis
b.
Lymphocytic
thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c.
Penghancuran
tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d.
Penyakit
pituitari atau hipotalamus
e.
Obat-obatan
f.
Kekurangan
yodium yang berat
Hashimoto's Thyroiditis
Penyebab
yang paling umum dari hipotiroid di Amerika adalah suatu kondisi yang
diwariskan/diturunkan yang disebut Hashimoto’s thyroiditis. Kondisi ini
dinamakan menurut Dr. Hakaru Hashimoto yang pertama kali menjelaskannya pada
tahu 1912. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya membesar (gondokan) dan
mempunyai suatu kemampuan yang berkurang untuk membuat hormon-hormon tiroid.
Hashimoto’s adalah suatu penyakit autoimun dimana sistim imun tubuh secara
tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Hal ini menyebabkan
penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif
yang minimal. Kondisi ini diperkirakan mempunyai suatu basis genetik.
Ini berarti bahwa kecenderungan mengembangkan Hashimoto's thyroiditis dapat
terjadi di keluarga-keluarga. Hashimoto's adalah 5 sampai 10 kali lebih umum
pada wanita-wanita daripada pria-pria. Contoh-contoh darah yang diambil dari
pasien-pasien dengan penyakit ini mengungkapkan suatu jumlah yang meningkat
dari antibodi-antobodi pada enzim ini, thyroid peroxidase (antibodi-antibodi
anti-TPO). Karena basis untuk penyakit autoimun mungkin mempunyai suatu asal
yang umum, adalah bukan tidak biasa menemukan bahwa seorang pasien dengan
Hashimoto’s thyroiditis mempunyai satu atau lebih penyakit autoimun lainnya seperti
diabetes
atau pernicious anemia (kekurangan B12). Hashimoto’s dapat diidentifikasikan
dengan mendeteksi antibodi-antibodi anti-TPO dalam darah dan atau dengan
melakukan suatu thyroid scan.
Lymphocytic thyroiditis mengikuti Hipertiroid
Thyroiditis merujuk
pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan disebabkan oleh suatu tipe
tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu lymphocyte,
kondisinya dirujuk sebagai lymphocytic thyroiditis. Kondisi ini adalah
terutama umum setelah kelahiran dan sebenarnya dapat mempengaruhi sampai 8%
dari wanita-wanita setelah mereka melahirkan. Pada kasus-kasus ini, biasanya
ada suatu fase hipertiroid
(dimana jumlah-jumlah hormon tiroid yang berlebihan bocor keluar dari kelenjar
yang meradang), yang diikuti oleh suatu fase hipotiroid yang dapat berlangsung
sampai enam bulan. Mayoritas dari wanita-wanita yang terpengaruhi akhirnya
kembali pada suatu fungsi tiroid yang normal, meskipun ada suatu kemungkinan
dari hipotiroid yang tertinggal.
Meskipun
jarang, hipotiroidisme dapat terjadi pada bayi baru lahir, bayi, anak-anak dan
remaja juga. Bayi yang lahir dengan tidak atau kelenjar tiroid yang tidak
semestinya menunjukkan gejala penyakit kuning dan sering tersedak dengan wajah
sombong dan lidah menonjol. Ketika penyakit berkembang, bayi cenderung
mengalami kesulitan makan dan mungkin gagal untuk tumbuh dan berkembang secara
normal. Mereka mungkin juga menghadapi masalah sembelit, otot miskin dan kantuk
yang berlebihan. Tanpa bantuan medis, kelainan bisa lulus menjadi parah fisik
dan keterbelakangan mental. Anak-anak dan remaja yang menderita hipotiroidisme
mengalami gejala yang sama seperti orang dewasa miskin bersama dengan
pertumbuhan fisik dan mental, perubahan dalam kinerja sekolah, perubahan
perilaku, pengembangan ditunda tetap ditunda pubertas gigi dan membuat anak
tampak jauh lebih muda daripada-nya usia kronologis. Hipotiroidisme menyebabkan
masalah ovulasi pada wanita yang mengarah ke masalah konsepsi. Terdiagnosis
hypothyroidism selama kehamilan meningkatkan kemungkinan kelahiran mati atau
keterlambatan pertumbuhan janin. Gejala hipotiroidisme selama dan setelah
kehamilan meliputi kelelahan, penurunan berat badan, pusing, depresi, masalah konsentrasi
dan pengembangan gondok. Pada orang tua, tanda-tanda yang kadang-kadang bingung
dengan penyakit Alzheimer dan demensia.
Kerusakkan tiroid sebagai akibat dari yodium ber-radioaktif atau operasi
Pasien-pasien
yang telah dirawat untuk suatu kondisi hipertiroid (seperti penyakit Graves)
dan menerima yodium ber-radioaktif mungkin ditinggalkan dengan sedikit atau
tidak ada jaringan tiroid yang berfungsi setelah perawatan. Kemungkinan dari
ini tergantung pada sejumlah faktor-faktor termasuk dosis yodium yang
diberikan, bersama dengan ukuran dan aktivitas dari kelenjar tiroid. Jika tidak
ada aktivitas yang signifikan dari kelenjar tiroid enam bulan setelah perawatan
yodium ber-radioaktif, biasanya diperkirakan bahwa tioroid tidak akan berfungsi
lagi secara memadai. Akibatnya adalah hipotiroid. Serupa dengannya,
pengangkatan kelenjar tiroid sewaktu operasi akan diikuti oleh hipotiroid.
Penyakit Pituitari atau Hipothalamus dan Tiroid
1. Malfungsi
hipotalamus dan hipofisis anterior
Malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar TRH (Thyroid Stimulating Hormone)
dan TSH (Thyrotropin Releasing Hormone), yang akan berdampak pada kadar HT
(Hormon Tiroid) yang rendah.
Dan
jika yang terjadi malfungsi itu adalah hipofisis maka akan menyebabkan kadar
TSH rendah sehingga berdampak pada kadar HT menjadi rendah pula, namun TRH dari hipotalamus tinggi
karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Jika
kerusakkan itu disebabkan oleh penyakit pituitary (hipofisis anterior), kondisi
ini disebut "hipotiroid sekunder (secondary hypothyroidism)".
Jika kerusakkan disebabkan oleh penyakit hipothalamus, ia disebut "hipotiroid
tersier (tertiary hypothyroidism)".
2. Malfungsi
kelenjar tiroid
Apabila disebabkan oleh
malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh
peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT
pada hipofisis anterior dan hipotalamus
Luka Pituitari
Suatu luka
pituitari mungkin berakibat setelah operasi otak atau ada suatu penurunan penyediaan
darah pada area itu. Pada kasus-kasus luka pituitari ini, TSH yang dihasilkan
oleh kelenjar pituitari adalah tidak mencukupi dan tingkat-tingkat darah TSH
adalah rendah. Hipotiroid diakibatkan karena kelenjar tiroid tidak lagi
distimulasikan oleh TSH pituitari. Bentuk dari hipotiroid ini dapat, oleh
karenanya, dibedakan dari hipotiroid yang disebabkan oleh penyakit kelenjar
tiroid, dimana tingkat TSH menjadi meningkat ketika kelenjar pituitari mencoba
untuk memajukan produksi hormon tiroid dengan menstimulasi kelenjar tiroid
dengan TSH yang lebih banyak. Biasanya, hipotiroid dari luka kelenjar pituitari
terjadi dalam hubungannya dengan kekurangan-kekurangan hormon lain, karena
pituitari mengatur proses-proses lain seperti pertumbuhan, reproduksi, dan fungsi
adrenal.
Obat-Obatan
Obat-obatan
yang digunakan untuk merawat suatu tiroid yang aktif berlebihan (hipertiroid)
sebenarnya mungkin menyebabkan hipotiroid. Obat-obat ini termasuk methimazole
(Tapazole) dan propylthiouracil (PTU). Obat psikiatris, lithium (Eskalith,
Lithobid) yang sering digunakan untuk terapi gangguan mood adalah juga
diketahui merubah fungsi tiroid dan menyebabkan hipotiroid. Menariknya,
obat-obat yang mengandung suatu jumlah yang besar dari yodium seperti
amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI, Pima), dan Lugol’s solution
dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam fungsi tiroid, yang mungkin
berakibat pada tingkat-tingkat darah dari hormon tiroid yang rendah.
Kekurangan Yodium yang parah
Pada
daerah-daerah dari dunia dimana ada suatu kekurangan yodium dalam makanan,
hipotiroid yang berat dapat terlihat pada 5% sampai 15% dari populasi.
Contoh-contoh dari area-area ini termasuk Zaire, Ecuador, India, and Chile.
Kekurangan yodium yang berat juga terlihat di area-area pegunungan yang jauh
letaknya seperti Andes dan Himalayas. Sejak penambahan yodium pada garam makan
dan roti, kekurangan (defisiensi) yodium jarang terlihat di Amerika.
Kondisi – kondisi tersebut diatas dapat dibagi menjadi 2
penyebab hipotiroid, yaitu:
1. Sebab-sebab
bawaan (kongenital)
a.
Ibu kurang mendapat bahan goitrogen
(yodium, tiourasil, dsb).
Kekurangan yodium jangka panjang
merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang. Pada
daerah-daerah dari dunia dimana ada suatu kekurangan yodium dalam makanan,
hipotiroid yang berat dapat terlihat pada 5% sampai 15% dari populasi.
b.
Pengobatan yodium radio-aktif
c.
Induksi obat-obatan
d.
Idiopatik.
e.
Hashimoto’s Thyroiditis
2. Sebab-sebab
yang didapat (acquired):
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi
atrofi kelenjar yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
a. Tiroiditis
limfositik menahun
Thyroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid.
Ketika peradangan disebabkan oleh suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang
dikenal sebagai suatu limfosit, kondisinya dirujuk sebagai lymphocytic
thyroiditis. Pada kasus-kasus ini, biasanya ada suatu fase hipertiroid
(dimana jumlah-jumlah hormon tiroid yang berlebihan bocor keluar dari kelenjar
yang meradang), yang diikuti oleh suatu fase hipotiroid yang dapat berlangsung
sampai enam bulan.
b. Tiroidektomi.
Karsinoma tiroid dapat sebagai penyebab, tetapi
tidak selalu menyebabkan hipotiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang
dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi. Tiroidektomi merupakan
pengangkatan kelenjar tiroid sewaktu operasi, yang biasanya akan diikuti oleh
hipotiroid. Selain itu, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium
radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid, semua pengobatan ini dapat
menyebabkan hipotiroidisme. (Price, 2000).
c. Defisiensi
yodium (gondok endemik).
Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat
defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada
defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan
dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam
darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena
minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan,
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme
goitrosa). (Price, 2000).
Klasifikasi
Lebih
dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal
yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi
tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya
disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika
sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier. (Brunner
&Suddarth.2001)
Secara klinis dikenal 3
hipotiroidisme, yaitu :
Jenis
|
Organ
|
Keterangan
|
Hipotiroidisme primer
|
kelenjar tiroid
|
Paling sering terjadi. Meliputi
penyakit Hashimoto tiroiditis
(sejenis
penyakit autoimmune) dan terapi radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit
hipertiroidisme.
|
Hipotiroidisme sekunder/ sentral
|
kelenjar hipofisis(pituitari)
|
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak
menghasilkan cukup hormon perangsang tiroid
(TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan jumlah tiroksin yang cukup. Biasanya terjadi apabila
terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi atau pembedahan yang
menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat menghasilkan hormon yang cukup.
|
Hipotiroidisme tertier
|
hipotalamus
|
Terjadi
ketika hipotalamus gagal menghasilkan TRH yang cukup. Biasanya
disebut juga disebut hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.
|
Yang
paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya
diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan T4 turun. Manifestasi
klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.
II.4
Gambaran Klinis
Manifestasi
klinis dari hipotiroid adalah sebagai berikut:
- Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat.
- Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung.
- Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
- Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
- Konstipasi.
- Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi.
- Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh.
- Manifestasi klinis per sistem:
1. Sistem
integumen: kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal; pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya
buruk.
2. Sistem
pulmonari: hipoventilasi, dipsnea
3. Sistem
kardiovaskular: bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, hipotensi, toleransi
terhadap aktivitas menurun.
4. Metabolik:
penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5. Sistem
muskuloskeletal: nyeri otot, kontraksi dan relaksasi yang melambat
6. Sistem
neurologi: intelektual yang melambat, berbicara lambat dan terbata-bata,
gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang
pendengaran.
7. Sistem
gastrointestinal: anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi, distensi
abdomen.
8. Sistem
reproduksi: pada wanita terjadi perubahan menstruasi seperti amenore,atau masa
menstruasi yang memanjang
9. Psikologis:
apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.
II.5
Patofisiologi
Hipotiroid dapat
disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon
jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut
:
1. Hipotalamus
membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang
hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior
mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid
mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin =
T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi:
konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein,
karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon
lain.
Hipotiroid dapat terjadi
akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan
disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik
negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid
terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh
rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan
balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Jika produksi hormone tiroid tidak adekuat maka kelenjar
tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respons
terhadap rangsangan hormone TSH. Penurunan sekresi hormone kelenjar tiroid akan
menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh.
Proses metabolic yang dipengaruhi antara lain :
1.
Penurunan
produksi asam lambung.
2.
Penurunan
motilitas usus
3.
Penurunan
detak jantung.
4.
Gangguan
fungsi neurologist.
5.
Penurunan
produksi panas
Penurunan hormone tiroid juga akan mengganggu metabolisme
lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigeliserida
sehingga klien berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans
hidrophilik di rongga intertisial seperti rongga pleura, carsiak dan abdominal
sebagai tanda dari miksedema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai
dampak dari menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemia.
Patofisiologi
hipotiroidisme didasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat menyebabkan
hipotiroidisme, yaitu :
1.
Hipotiroidisme sentral (HS)
Apabila
gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka disebut
hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus
disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan
klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi
juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon
pertumbuhan akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan impotensi pada
pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior
adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.
2.
Hipotiroidisme Primer (HP)
Hipogenesis
atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang
ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital
di negara barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal. Kerusakan
tiroid dapat terjadi karena:
a. Operasi,
b. Radiasi,
c. Tiroiditis
Autoimun,
d. Karsinoma,
e. Tiroiditis
subakut,
f. Dishormogenesis,
dan
g. Atrofi.
Pascaoperasi.
Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau
total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang menyebabkan
hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme
dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi
juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.
Pascaradiasi.
Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari
40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada
nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat
terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26
tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.
Tiroiditis
autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan
antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin
(antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen
meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah
interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis
gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis
Hashimoto tidak permanen.
Tiroiditis
Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi
yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan
terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan
hipotiroidisme sepintas.
Dishormogenesis.
Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormogenesis.
Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah
dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan,
baru pada usia lanjut.
Karsinoma.
Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat
jarang.Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah
keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai.
Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun
pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan
dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga
jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah dengan
defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami
gangguan perkembangan saraf.
II.6
Gejala- gejala Hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid adalah
seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang berarti mereka dapat
meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan seringkali
dihubungkan dengan penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin
tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi
lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini
berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh dan bergantung pada
berapa lama gejala sudah berlangsung, tingkat penurunan tiroid dan
beberapa faktor lain.
Pada
mulanya, pasian mungkin akan mudah tersinggung dan mengeluh merasa lemah,
sehingga menyulitkan
penderitanya untuk melaksanankan pekerjaan sehari-hari secara penuh atau ikut
serta dalam aktivitas yang lazim di lakukannya. Dengan berlanjutnya
kondisi tersebut, respon emosional di atas akan berkurang. Proses mental
menjadi tumpul dan pasien tampak apatis. Bicara menjadi lambat, lidah membesar,
dan ukuran tangan serta kaki bertambah. Pasien sering mengeluh konstipasi serta
ketulian dapat terjadi.
Laporan
tentang adanya kerontokkan rambut, kuku yang rapuh serta kulit yang kering
sering di temukan, dan keluhan rasa baal serta parasetsia pada jari-jari tangan
dapat terjadi. Kadang-kadang suara menjadi kasar, dan pasien mungkin
mengeluhkan suara yang parau. Gangguan haid seperti menorhagia atau amenore
akan terjadi di samping hilangnya libido. Hipotiroidisme menyerang wanita lima
kali lebih sering di bandingkan laki-laki dan paling sering terjadi pada usia
30-60 tahun.
Pada
hipotiroidisme lanjut akan menyebabkan demensia di sertai perubahan kognitif
dan kepribadian yang khas. Respirasi yang tidak memadai dan apnu saat tidur
dapat terjadi pada hipotiroidisme yang berat. Efusi pleura, efusi perikardial
dan kelemahan otot pernapasan dapat terjadi.
Ketika penyakit menjadi lebih berat,
mungkin ada bengkak-bengkak disekeliling mata, suatu denyut jantung yang
melambat, suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal, dan gagal jantung. Hipotiroidisme
berat akan di sertai dengan kenaikkan kadar kolesterol serum, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner dan fungsi ventrikel kiri yang jelek. Pasien
hipotiroidime lanjut akan mengalalami hipotermia dan kepekkan abnormal terhadap
preparaf sedatif, opioid serta anestesi, oleh sebab itu semua obat ini hanya di
berikan pada kondisi tertentu. Pasien biasanya mulai mengalami kenaikan berat
badan yang bahkan terjadi tanpa peningkatan asupan makanan, kulit
menjadi tebal karena penumpukkan mukopolisakarida dalam jaringan subkutan.
Rambut menipis dan rontok, wajah tampak tanpa ekspresi dan mirip
topeng. Pasien sering mengeluhkan rasa dingin meskipun dalam lingkungan yang
hangat.
Dalam bentuknya yang amat besar,
hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam nyawa
(myxedema coma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang berat, suatu
miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres,
atau luka trauma.
Koma
miksedema menggambarkan stadium hipotiridisme yang paling ekstrim dan berat, di
mana pasien mengalami hipotermia dan tidak sadarkan diri. Koma miksedema dapat
terjadi sesudah peningkatan letargi yang berlanjut menjadi stupor dan kemudian
koma. Hipotiroidisme yang tidak terdiagnosa dapat di picu oleh infeksi atau
penyakit sistemik lainnya atau oleh penggunaan preparat sedative atau analgetik
opioid. Dorongan respiratorik pasien akan terdepresi sehingga timbul
hipoventilasi alveoler, retensi CO2 progresif, keadaan narkosis dan koma. Semua
gejala ini, di sertai dengan kolaps kardiovaskuler dan syok memerlukan terapi
yang agresif dan intensif jika kita ingin pasien tetap hidup. Meskipun
demikian, dengan terapi yang intensif sekalipun, angka mortalitasnya tetap
tinggi.
Hipotiroid juga dapat terjadi pada
bayi yang baru lahir. Pada bayi baru lahir ini gejala sering belum jelas. Baru
sesudah beberapa minggu gejala lebih menonjol. Ikterus fisiologis biasanya
lebih lama, kurang mau minum, sering tersedak, aktifitas kurang, lidah yang
besar dan sering menderita kesukaran pada pernafasan. Bayi dengan kelainan ini
jarang menangis, banyak tidur dan kelihatan sembab. Biasanya ada obstipasi,
abdomen besar dan ada hernia umbilikalis. Suhu tubuh rndah, nadi lambat dan
kulitnya kering dan dingin. Sering ditemukan anemia.
Pada umur 3-6 bulan gejala makin
jelas. Sekarang mulai kelihatan pertumbuhan dan perkembangan lambat (retardasi
mental dan fisis). Sesudah melewati masa bayi, anak akan kelihatan pendek,
anggota gerak pendek dan kepala kelihatan besar. Ubun-ubun besar terbuka lebar.
Jarak antara kedua mata (hipertelorisme). Mulut sering terbuka dan tampak lidah
membesar dan menebal. Pertumbuhan gigi terlambat dan gigi lekas rusak. Tangan
agak lebar dan jari pendek. Kulit kering tanpa keringat. Warna kulit
kekuning-kuningan yang disebabkan oleh karotenemia. Miksedema tampak jelas pada
kelopak mata, punggung tangan dan genitalia eksterna. Otot-otot biasanya
hipotonik. Retardasi mental makin jelas. Suara biasanya parau dan biasanya
tidak dapat berbicara.
Makin tua, anak makin terlambat
dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pematangan alat kelamin terlambat atau sama
sekali tidak terjadi.
Keluhan utama yaitu kurang energi,
manifestasinya sebagai lesu, lamban bicara, mudah lupa, obstipasi. Metabolisme
rendah menyebabkan bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik dan
anoreksia. Kelainan psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas dan
agitasi dapat terjadi. Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea, infertil,
aterosklerosis meningkat. Semua tanda di atas akan hilang dengan pengobatan.
Ada tambahan keluhan spesifik, terutama pada tipe sentral. Pada tumor hipofisis
mungkin ada gangguan visus, sakit kepala, dan muntah. Sedangkan dari gagalnya
fungsi hormon tropiknya, misalnya karena ACTH kurang, dapat terjadi kegagalan
faal korteks adrenal dan sebagainya.
II.7
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Laboratorium
Pemeriksaan
darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis
kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar
tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya
menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi. Apabila ibu
dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibodi anti tiroid.
Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila dengan pengobatan
hormon tiroid tidak ada respon.
Selain
itu dilakukan pula pengukuran Up take T3 Resin yang bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3)
atau tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon
tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun
pada hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa
selama 6 – 8 jam. Nilai normal yang diperoleh pada orang dewasa 25-35% uptake
oleh resin dan pada anak umumnya tidak ada.
Protein Bound Iodine (PBI)
yaitu bertujuan mengukur Iodium yang terikat dengan
protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Specimen yang
dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan
6-8 jam.
Laju Metabolisme Basal (BMR)
yaitu bertujuan untuk mengukur secara tidak
langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama
beberapa waktu.
2.
Radiologis
USG
atau CT scan tiroid (menunjukkan ada tidaknya goiter), X-foto tengkorak
(menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior), dan Tiroid
scintigrafi.
Pemeriksaan
radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan,disgenesisepifis dan keterlambatan perkembangan gigi.
(Sylvia.A.price.1995)
3.
Skor Apgar Hipotiroid Kongenital
Dicurigai
adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak
adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan
hipotiroid kongenital.
Tabel
: Skor Apgar pada hipotiroid kongenital
|
|
Gejala
klinis
|
Skore
|
Hernia
umbilicalis
|
2
|
Kromosom
Y tidak ada (wanita)
|
1
|
Pucat,
dingin, hipotermi
|
1
|
Tipe
wajah khas edematus
|
2
|
Makroglosi
|
1
|
Hipotoni
|
1
|
Ikterus
lebih dari 3 hari
|
1
|
Kulit
kasar, kering
|
1
|
Fontanella
posterior terbuka (>3cm)
|
1
|
Konstipasi
|
1
|
Berat
badan lahir > 3,5 kg
|
1
|
Kehamilan
> 40 minggu
|
1
|
Total
|
15
|
Pemeriksaan fisik menunjukkan
tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak
pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanyarontok, rambut tipis dan rapuh,
ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dantungkainya membengkak serta
fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut
jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuhrendah. Pemeriksaan rontgen dada
bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
II.8 Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi
Koma miksedema adalah
situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua
gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian
dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam
keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara
intravena.
Hipotiroidisme
diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan
sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan
T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar
tiroid hewan).
Pengobatan
pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena
dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya
terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan
selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid.
Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipotiroid adalah :
Stimulasi
terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon, dapat menyebabkan kelenjar
membesar. Gondok dapat mengganggu pernapasan dan saat menelan makanan. Hipotiroid
akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid
menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua
iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH
dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
2.
Gangguan jantung
Hipertiroid
dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu fungsi jantung, pembesaran
jantung dan gagal jantung.
- Gangguan mental
Misalnya
depresi.
- Peripheral neuropathy
Merusak
saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf tulang
belakang ke seluruh tubuh.
- Myxedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa
yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan
penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma
miksedema), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena. Pemicu myxedema coma adalah
sedativ, infeksi dan stress.
- Infertilitas
Kadar
hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada ovulasi.
- Cacat lahir
Mengalami
gangguan mental maupun fisik.
8. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu
hidup fetal, maka kita akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin
imbesil. Pada waktu lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan
sudah bisa timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar
dari biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan. Kepala
anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti orang bodoh
sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal, mulutnya selalu terbuka
dan juga lidah yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang juga terlambat.
Sedangkan keadaan psikis berbeda-beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali
imbesil.
9. Kematian
dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala dengan
segera.
10. Penyakit
Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat
otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai
peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
11. Karsinoma
Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi
tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH atau terapi iodium radioaktif
untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan
proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
II.9 Pencegahan dan Penatalaksanaan
1. Diet
Makanan yang seimbang dianjurkan, antara lain
memberi cukup yodium dalam setiap makanan. Tetapi selama ini ternyata cara kita
mengelola yodium masih cenderung salah. Yodium mudah rusak pada suhu tingggi.
Padahal kita selama ini memasak makanan pada suhu yang panas saat menambah
garam yang mengandung yodium, sehingga yodium yang kita masak sudah tidak
berfungsi lagi karena rusak oleh panas. Untuk itu, sebaiknya kita menambahkan
garam pada saat makanan sudah panas dan cukup dingin sehingga tidak merusak
kandungan yodium yang ada pada garam.
Selain itu, makan-makanan yang tidak mengandung
pengawet juga diperlukan. Asupan kalori disesuaikan apabila BB perlu di
kurangi. Apabila pasien mengalami letargi dan defisit perawatan diri, perawat
perlu memantau asupan makanan dan cairan.
2. Aktivitas
Kelelahan akan menyebabkan pasien tidak bisa
melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan lainnya. Kegiatan dan
istirahat perlu diatur agar pasien tidak menjadi sangat lelah. Kegiatan
ditingkatkan secara bertahap.
3. Pada
masa kehamilan hindari penggunaan obat-obatan antitiroid secara berlebihan,
yodium profilaksis pada daerah-daerah endemik, diagnosis dini melalui
pemeriksaan penyaringan pada neonatus.
4. Sedangkan
pada hipotiroidisme dewasa dapat dilakukan dengan pemeriksaan ulang tahunan.
Penatalaksanaan
1.
Pengobatan
Pengobatan
hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya dalam dosis
rendah sejumlah 50 µg/hari dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi
sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal
sejumlah 200 µg/hari. Pengukuran kadar tiroksin serum dan pengambilan resin T3
dan kadar TSH penderita hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan
menfaat terapi pengganti.
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan
hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan
efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH
kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik
sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan
dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi,
atau pembedahan.
Dalam
keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara
intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid,
yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai
adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
2.
Terapi sulih hormon
Standar perawatan hipotiroid adalah penggunaan synthetic
thyroid hormone levo – thyroxine (contoh: Levothroid, Synthroid),
untuk menormalkan kembali kadar hormon. Selama 1 atau 2 minggu awal perawatan,
penderita akan merasa lemah dan cepat lelah.
Pengobatan ini juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menaikan berat
badan.
Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel
berikut :
Umur
|
Dosis g/kg BB/hari
|
0-3 bulan
3-6 bulan
6-12 bulan
1-5 tahun
2-12 tahun
> 12 tahun
|
10-15
8-10
6-8
5-6
4-5
2-3
|
a. Bila
fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutic
trial sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu.
Bila ada perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan bertahap atau dengan dosis
pemberian + 100 μg/m2/hari.
b. Penyesuaian
dosis tiroksin berdasarkan respon klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4, dan TSH
yang dapat berbeda tergantung dari etiologi hipotiroid.
3.
Pembedahan
Tiroidektomi
dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan jaringan sekitar. Tekanan pada
trakea dan esofagus dapat mengakibatkan inspirasi stridor dan disfagia. Tekanan
pada laring dapat mengakibatkan suara serak.
Pada pengobatan hipotiroidisme yang
perlu diperhatikan adalah dosis awal dan cara menaikkan dosis tiroksin. Tujuan
pengobatan hipotiroidisme adalah :
a.
Meringankan
keluhan dan gejala
b.
Menormalkan
metabolism
c.
Menormalkan
TSH (bukan mensupresi)
d.
Membuat
T3 (dan T4) normal
e.
Menghindarkan
komplikasi dan resiko
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan
substitusi, yaitu makin berat hipotiroidisme makin rendah dosis awal dan makin
landai peningkatan dosis, dan geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan
irama, dosis harus hati-hati.
Prinsip substitusi adalah mengganti kekurangan produksi
hormon tiroid endogen pasien. Indikator kecukupan optimal sel ialah kadar TSH
normal. Dosis supresi tidak dianjurkan, sebab ada risiko gangguan jantung dan
densitas mineral. Tersedia L-tiroksin (T4), L-triodotironin (T3) maupun pulvus
tiroid. Pulvus tidak digunakan lagi karena efeknya sulit diramalkan. T3 tidak
digunakan sebagai substitusi karena waktu paruhnya pendek hingga perlu diberikan
beberapa kali sehari. Obat oral terbaik adalah T4. Tiroksin dianjurkan diminum
pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama bahan lain yang
mengganggu serapan dari usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorbsi,
short bowel syndrome, sirosis, obat (sukralfat, aluminium hidroksida,
kolestiramin, sulfas ferosus, kalsium karbonat).
Dosis rata-rata dari penggantian T4 pada orang-orang dewasa
adalah kira-kira 1.6 mikrogram per kilogram per hari. Ini diterjemahkan kedalam
kira-kira 100 sampai 150 mickograms per hari. Anak-anak memerlukan dosis-dosis
yang lebih besar. Pada pasien-pasien yang muda dan sehat, jumlah yang penuh
dari hormon pengganti T4 mungkin dimulai pada awalnya. Pada pasien-pasien
dengan penyakit jantung yang telah ada sebelumnya, metode dari pengganti hormon
ini mungkin memperburuk kondisi jantung yang mendasarinya pada kira-kira 20%
dari kasus-kasus.
Pada pasien-pasien yang lebih tua tanpa penyakit jantung
yang diketahuinya, memulai dengan suatu dosis penuh dari pengganti tiroid
mungkin berakibat pada penemuan/ pembongkaran penyakit jantung, berakibat pada
sakit/nyeri dada atau suatu serangan jantung. Untuk sebab ini, pasien-pasien
dengan suatu sejarah penyakit jantung atau mereka yang dicurigai berada pada
risiko yang tinggi dimulai dengan 25 mikrogram atau kurang hormon pengganti,
dengan suatu kenaikkan dosis yang berangsur-angsur pada interva-interval 6
minggu.
Idealnya, pengganti T4 sintetik harus dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit sebelum makan. Obat-obat lain yang mengandung zat besi atau antasid-antasid harus dihindari, karena mereka mengganggu penyerapan. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Idealnya, pengganti T4 sintetik harus dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit sebelum makan. Obat-obat lain yang mengandung zat besi atau antasid-antasid harus dihindari, karena mereka mengganggu penyerapan. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Terapi
1. Medikamentosa
1. Medikamentosa
Diberikan
preparat L-tiroksin dengan dosis berdasarkan usia. Pengobatan diberikan seumur
hidup karena tubuh tidak mampu memproduksi kebutuhan tiroid sehingga prinsip
terapi adalah replacement therapy. Pandangan terkini menganjurkan pemberian
dosis awal yang tinggi untuk meningkatkan kadar hormon tiroksin dalam tubuh
secepatnya. Dengan meningkatkan kadar tiroksin dalam tubuh, hormon tersebut
akan membantu proses mielinisasi susunan saraf pusat sehingga perkembangan
fungsi otak dapat dibantu. Prinsip ini terutama berlaku pada periode
perkembangan otak yang terjadi antara usia 0-3 tahun.
2.
suportif
selain
pengobatan hormonal diperlukan pengobatan suportif lainnya. Anemia berat
diobati sesuai protokol anemia berat. Rehabilitasi atau fisioterapi diperlukan
untuk mengatasi reterdasi perkembangan motorik yang sudah terjadi. Penilaian IQ
dilakukan menjelang usia sekolah yang dapat diikuti (sekolah biasa atau sekolah
luar biasa).
II.10 Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian Keperawatan
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat
bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang
dapat menggali sebanyakmungkin informasi antara lain:
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
- Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
·
Pola makan
·
Pola tidur (klien menghabiskan banyak
waktu untuk tidur).
·
Pola aktivitas.
- Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
- Pemeriksaan tubuh mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
·
Sistem pulmonary
·
Sistem pencernaan
·
Sistem kardiovaslkuler
·
Sistem musculoskeletal
·
Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
·
Sistem reproduksi
·
Metabolik
- Pemeriksaan fisik mencakup
·
Penampilan secara umum;
amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh pendek. Kulit
kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
·
Nadi lambat dan suhu
tubuh menurun
·
Perbesaran jantung
·
Disritmia dan hipotensi
·
Parastesia dan reflek tendon menurun
- Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangatmalas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diriklien mencakup kelima komponen konsep diri.
- Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
B. Diagnosa Keperawatan
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
- Miksedema dan koma miksedema.
- Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal .
- Perubahan suhu tubuh.
- Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
- Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
- Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.
C. Intervensi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
Tujuan :
Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau frekuensi seperti
kedalaman, pola pernapasan, oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.
|
Mengidentifikasi hasil
pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi
efektifitas intervensi.
|
Dorong pasien untuk napas
dalam dan batuk.
|
Mencegah aktifitas dan
meningkatkan pernapasan yang adekuat.
|
Berikan obat (hipnotik dan
sedatip) dengan hati-hati.
|
Pasien hipotiroidisme sangat
rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
|
Pelihara saluran napas pasien
dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika di perlukan.
|
untuk mengatur pola nafas pasein agar bisa
bernafas dengan baik.
|
2.
Miksedema dan koma miksedema.
Tujuan :
Tidak ada komplikasi.
Intervensi :
a.
Pantau pasien akan adanya peningkatan keparahan
tanda dan gejala hipertiroidisme seperti penurunan tingkat kesadaran dan
demensia serta penurunan tanda-tanda vital (seperti tekanan darah, frekuensi,
pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi).
b.
Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan
menyadarkan pasien.
Rasional :
Hipotiroidisme berat jika tidak di tangani akan menyebabkan miksedema, koma
miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh.
c.
Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi
dalam kegagalan pernapasan.
Rasional:
ukungan ventilasi di perlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan
pemeliharaan saluran napas.
d.
Berikan obat (misalnya hormon tiroksin) seperti
yang di resepkan dengan sangat hati-hati.
Rasional :
Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan
serangan angina pada saat pemberian tiroksin.
e.
Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan
interval waktu tertentu.
Rasional
:Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
f.
Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik,
sedatif dan analgetik.
Rasional :
Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika
diberikan pada keadaan miksedema.
3.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.
Tujuan :
Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Dorong peningkatan asupan cairan.
2. Berikan makanan yang kaya akan serat
3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
4. Pantau fungsi usus
5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas
toleransi latihan.
6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila
diperlukan.
|
1.
Agar asupan cairan pada tubuh terpenuhi
2.
Agar asupan nutrisi
terpenuhi dengan baik.
3.
Memberi wawasan pada pasien makanan apa saja yang baik untuk di
konsumsi
4.
Untuk mengetahui kerja usus apakah sudah normal atau belum
5.
Untuk merileksasikan
otot-otot agar tidak kaku
6.
Untuk
mengencerkan feces.
|
4. Perubahan suhu
tubuh.
Tujuan :
Pemeliharaan suhu tubuh yang normal..
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Berikan tambahan
lapisan pakaian atau tambahan selimut.
2.
Hindari
dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
3.
Pantau
suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
4.
Lindungi terhadap
pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
|
1.
Meminimalkan
kehilangan panas
2.
Mengurangi
risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
3.
Mendeteksi
penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema.
4.
Meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
|
5. Intoleran
aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan :
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi
|
Rasional
|
Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan
istirahat dan latihan yang dapat
ditolerir.
|
Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang
adekuat.
|
Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah.
Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak
menimbulkan stress.
Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
|
Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan
mandiri.
Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
|
6. Perubahan pola berpikir
berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler
serta pernapasan.
Tujuan :
Perbaikan proses berpikir.
Intervensi :
a.
Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan
kejadian di sekitar dirinya.
b.
Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang
tidak bersifat mengancam.
Rasional :
Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stress.
c.
Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan
pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit.
Rasional :
Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa
hasil akhir yang positif di mungkinkan jika di lakukan terapi yang tepat.
7. Kurangnya pengetahuan
tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.
Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program
pengobatan yang di resepkan.
Intervensi
|
Rasional
|
Jelaskan dasar pemikiran untuk
terapi penggantian hormon tiroid.
|
Memberikan rasional penggunaan
terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien.
|
Uraikan efek pengobatan yang
dikehendaki pada pasien.
|
Mendorong pasien untuk
mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi
hormon tiroid.
|
Bantu pasien menyusun jadwal
dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon
tiroid.
|
Memastikan bahwa obat yang di
gunakan seperti yang di resepkan.
|
Uraikan tanda-tanda dan gejala
pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.
|
Berfungsi sebagai pengecekan
bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
|
Jelaskan perlunya tindak
lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
|
Meningkatkan kemungkinan bahwa
keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat di deteksi dan di obati.
|
D. IMPLEMENTASI
Implementasi
keperawatan adalah tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang sudah
direncanakan.
E. EVALUASI
- Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
- Tidak ada komplikasi.
- Pemulihan fungsi usus yang normal.
- Pemeliharaan suhu tubuh yang normal.
- Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.
- Perbaikan proses berpikir.
- Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang di resepkan.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kelenjar
tiroid ialah kelenjar endokrin yang terletak di bagian leher depan yang terdiri
dari dua lobus. Kelenjar ini menghasilkan hormone T3, T4 dan Kalsinotin yang
semuanya berfungsi dalam metabolism tubuh dan juga sebagai homeostasis tubuh.
Hormone
utama dari kelenjar tiroid itu adalah T3 dan T4. Dimana jika kadar hormone dari
T3 dan T4 itu berkurang dari kadar normal yang seharusnya tubuh perlukan, maka
akan dapat berakibat pada gangguan dari metabolism tubuh itu sendiri. Keadaan
ini biasa disebut dengan Hipotiroid.
Hipotiroid
ini dapat disebabkan oleh karna terjadinya asupan iodium yang merupakan bahan
pembuat hormone tiroid kurang, terjadi kerusakan pada kelenjar tiroid itu
sendiri ataupun terjadi gangguan atau malfungsi pada hipofisi-hipotalamus
system.
Gambaran
klinis dari hipotiroid ini tidak spesifik, karna terkadang pasien dengan
hipotiroid ringan tidak menampakkan gejala. Namun secara umum gejala yang
biasanya timbul adalah seperti lelah dan tidak dapat berkonsentrasi,
pembengkakan, konstipasi, kulit dan rambut kering dan kasar, dan masih banyak
lagi yang lainnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Patofisiologi
hipotiroidisme didasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat menyebabkan
hipotiroidisme, yaitu hipotiroiditis sentral dan juga hipotiroiditis primer.
Hipotiroid
dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi, Skor
Apgar Hipotiroid Kongenital juga dapat mengidentifikasi terjadinya hipotiroid.
Oleh
karna penyebab yang ditimbulkan oleh hipotiroid ini cukup membahayakan maka
pencegahan penyakit ini lebih utama dari pada mengobatinya setelah kita
mengalaminya.
DAFTAR PUSTAKA
tanggal
01 maret 2013.
diambil
pada tanggal 01 maret 2013.
tanggal
01 maret 2013.
2013.
tanggal
01 maret 2013.
pada
tanggal 01 maret 2013.
baru.html,
diambil pada tanggal 01 maret 2013.
·
Price, S. A dan Wilson, L. M, 2006. Patofisiologi volume 2. EGC: Jakarta
·
RENDY, M. CLEVO dan Margareth TH.2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam.Nuha
Medika:Yogjakarta