TUGAS AKHIR
MATA KULIAH KIMIA KEPERAWATAN
OBAT-OBATAN PASIEN JIWA
DISUSUN
OLEH:
NAMA
: D--
NIM
: 11
110110--
DOSEN
PEMBIMBING : R--,S.Si.,M.Si.
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PRODI
S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ----
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
wr wb.
Dengan
mengucap syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
kepada kita semua sehingga kita dapat diberikan kesempatan untuk dapat
menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Dan tak lupa pula sholawat serta salam
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah mengajarkan banyak
kebaikan kepada kita semua.
Sebelumnya
saya mengucapkan banyak terimakasih atas
setiap bantunnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada
saya. Dan juga kepada dosen pembimbing saya ibu R--,S.Si.,M.Si.
selaku dosen pembimbing kimia keperawatan.
Disini
saya membuat makalah ini demi memenuhi tugas akhir kuliah yang telah diberikan
oleh dosen kimia ibu R-- sebagai syarat penilaian terakhir
kuliah saya. Makalah ini bertemakan tentang medicine, yang kemudian saya
membuat makalah ini dengan mengkhususkan tentang obat yang diberikan kepada
pasien jiwa, dan saya beri judul “OBAT-OBATAN PASIEN JIWA”
Saya
sadar dalam makalah ini akan terdapat banyak kekurangan, namun saya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah satu tambahan wawasan ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Dan saya berharap agar dapat diberi masukan untuk
kemudian dalam pembuatan makalah selanjutnya saya dapat membuat dengan lebih
baik lagi.
Akhir
kata saya mengucapkan terimakasih, dan silahkan membaca dan semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum,wr
wb.
Jember, 20 januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar …………………………………………………………………… ii
Daftar
Isi …………………………………………………………………............... iii
BAB
I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang …………………………………………………………............ 1
I.2
Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 2
I.3
Tujuan …………………………………………………………………............. 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Obat ……………………………………………………………………............ 4
II.2
Dosis Obat …………………………………………………………………... 8
II.2.1
Pengertian Dosis ……………………………………………………............. 8
II.2.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat …………………..................... 9
II.2.3
Macam-macam Dosis ……………………………………………………… 10
II.2.4
Arti % (persen) dalam campuran obat……………………………………… 13
ii.2.5
Cara obat bekerja didalam tubuh…………………………………….............. 13
BAB III STUDI KASUS
III.1
Masalah Yang Dihadapi……………………………………………………… 17
III.2
Konsep Psikofarmakologi ……………………………………………............. 18
III.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat ……………………………………… 23
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 26
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Obat ialah suatu bahan atau
paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Karna seperti yang telah kita
ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan jika kita sedang sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada
yang tidak beres dengan tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan
mencari obat untuk mengobati sakit yang kita derita.
Namun apakah kita tau bagaimana cara
obat bekerja didalam tubuh kita itu?. Oleh karenanya Paling tidak, kita harus
tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam tubuh, sampai
kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan rasa
sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly”
alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus tahu akibat
buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.
Oleh
karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu bekerja, dosis
yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan keadaan dari
obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk
digunakan. Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang
kita derita atau bahkan dapat menimbulkan kematian bila salah dalam
mengkonsumsi obat.
Dalam
makalah ini akan saya bahas mengenai masalah yang terjadi dalam menangani
pasien jiwa. Disini akan dijelaskan apa saja obat yang dapat diberikan kepada
pasien tersebut, dan apa efek samping maupun kegunaannya dan bagaimana seorang
perawat dalam menjalankan peranannya dalam masalah ini.
I.2 Rumusan Masalah
I.2.1 Apakah yang dimaksud dengan obat,
dan bagaimana efek samping dari suatu obat itu?
I.2.2 Bagaiman cara mengetahui seberapa
banyak dosis obat yang seharusnya dapat kita gunakan dengan baik, dan ataupun
factor-faktor yang mempengaruhi pemberian dari dosis obat tersebut?.
I.2.3 Apa saja macam dari dosis obat
itu, dan bagaimana cara menghitung suatu dosis obat tertentu?.
I.2.4 Apakah arti persen dalam sebuah
campuran obat itu?
I.2.5 Bagaimana cara obat bekerja dalam
tubuh?.
I.2.6 Apa sajakah obat yang dapat
diberikan kepada pasien jiwa?
I.2.7 Bagaimanakah peranan perawat dalam
menangani pasien jiwa dalam hal pemberian obat?
I.3 Tujuan
I.3.1 Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang obat, kegunaan maupun efek samping dari obat.
I.3.2 Untuk mengetahui seberapa banyak
dosis obat yang seharusnya dapat kita gunakan dengan baik, dan ataupun
factor-faktor yang mempengaruhi pemberian dari dosis itu.
I.3.3 Untuk mengetahui apa saja macam
dari dosis obat itu, dan juga cara menghitung suatu dosis tertentu.
I.3.4 Untuk mengetahui arti persen dalam
sebuah campuran obat.
I.3.5 Untuk mengetahui bagaimana obat
dapat memberikan reaksi atau hasil dari obat bekerja dalam tubuh.
I.3.6 Untuk mengetahui obat-obatan apa
yang digunakan bagi pasien jiwa.
I.3.7 Untuk mengetahui bagaimana peranan
perawat dalam menangani pasien jiwa dalam hal pemberian obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Obat
Obat
ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia termasuk obat tradisional.
Dalam sebuah kemasan obat yang dibuat
oleh sebuah perusahaan farmasi atau perusahaan-perusahaan lain dan dijual
disebuah apotik atau toko-toko atau juga disebuah warung-warung kecil pasti
terdapat Label Obat, adapun label obat berisi:
·
Nama dagang / generik
·
Nama , alamat pabrik
·
Komposisi
·
Aturan pakai
·
No. registrasi: contoh : Depkes RI : DTL
123456789012 ( 15 digit )
·
No.batch / kode produksi
·
Expired date / kadaluwarsa
Sedangkan
obat itu sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yang setiap bagian
tersebut mempunyai spesifik tersendiri. Dibawah ini adalah gambar dari
penggolongan obat.
Gambar 1. Penggolongan
Obat
Gambar 2. Label Obat Daftar W
suatu
obat harus disimpan dengan baik agar obat tidak rusak dan terjaga kualitasnya
dengan baik. Tempat penyimpanan obat juga harus dijaga kebersihan ruangannya,
dan penyusunan obat juga harus diperhatikan dengan baik dan benar. Adapun
cara-caranya dapat diketahui sebagai berikut :
Penyimpanan
Obat
- Ruang penyimpanan : aman (bebas serangga), sirkulasi udara baik, suhu (sejuk), terhindar dari matahari
- Tata ruang : mudah bergerak
- Tersedia palet, rak, almari khusus, almari pendingin
- Alat pemadam kebakaran
- Penumpukan (kerusakan fisik)
Kebersihan ruangan
- Semua obat harus disimpan dengan baik dalam wadah dan tutup yang memenuhi syarat
- Label jelas, nama obat dapat dibaca dengan jelas
- Obat tanpa etiket/label dan diragukan isinya lebih baik dibuang
- Simpan obat sesuai petunjuk pd label (ditempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung)
Penyusunan Obat
- Prinsip FIFO ; FEFO
- Obat kemasan besar diletakkan di palet
- Obat kemasan kecil disusun di rak
- Narkotik-psikotropik di almari khusus
- Vaksin, suppositoria di almari pendingin
- Disusun dan dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan obat (syrup, tablet, obat luar, alkes habis pakai, alat kontrasepsi)
- Disusun secara alphabetis
- Cantumkan nama obat pada kartu stok, letakkan dekat bahan obatnya
- Obat expired date dipisahkan tersendiri
Dalam sebuah
rumah sakit atau toko obat (apotik), seorang apoteker atau asistennya, perawat,
bidan, atau bahkan dokter sekalipun dalam memberikan obat kepada pembeli atau
pasiennya harus memperhatikan mutu dari obat tersebut apakah masih dalam
keadaan baik atau sudah tidak lagi dan juga cara memberikan obat juga harus
diperhatikan.
Pengamatan Mutu
- Tablet : perubahan warna, bau , rasa, lembab
- Tablet salut : pecah, lengket, rusak
- Kapsul : lengket, terbuka, perubahan warna pada cangkang
- Salep : berubah warna, bintik-bintik, wadah rusak, perubahan bau (tengik)
- Cairan : berubah warna,perubahan kekentalan
- Injeksi : warna berubah, endapan keruh, wadah rusak, bocor
- Pengujian laboratorium
Pemberian Obat
- 4T1W : Tepat (obat, dosis, sasaran, manfaat), Waspada (efek samping)
- Etiket : nama pasien, tanggal, no, aturan pakai, instruksi lainnya
- Pastikan sendok yg digunakan : sendok teh (Cth) : 5 cc, sendok makan (C) : 15 cc
- Berikan penjelasan kepada pasien tentang : cara pemakaian/minum obat, kegunaan obat, penyimpanan serta kemungkinan efek samping obat.
Pencatatan dan Pelaporan
- Sarana Pencatatan dan Pelaporan
- Kartu stok
- Mengetahui ketersediaan obat,
- Mengetahui kekosongan/kelebihan obat
·
Mengetahui trend penggunaan obat
·
Sebagai alat untuk pelaporan
·
Catatan harian pemakaian/pengeluaran
obat
·
Lembar pemakaian dan lembar permintaan
obat (LPLPO)
·
Daftar obat rusak/kadaluarsa
Pemesanan Obat
·
Hitung kebutuhan obat rata2 / bulan
·
Catat frekuensi pengiriman
·
Tentukan faktor pemesanan ulang
·
3 bila dikirim perbulan
·
5 bila dikirim setiap 2 bulan
·
7 bila dikirim setiap 3 bulan
·
9 bila dikirim setiap 4 bulan
Contoh
: kebutuhan amoksilin tiap bulan: 3 botol bila pemesanan dikirim tiap 3 bulan →
faktor pemesanan 7, jadi jumlah pemesanan ulang: 3x7 = 21 botol.
II.
2 Dosis Obat
II.2.1
Pengertian Dosis
Pengertian Umum :
Jumlah
obat yang diberikan kepada penderita dalam,
Satuan Berat : g, mg, μg
Atau Satuan Isi :
ml , liter , ui (unit internasional)
Dosis Medicinalis= Dosis
Lazim = Dosis Terapeutik
Sejumlah
obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa
DOSIS :
Sejumlah
obat yang diberikan satu kali atau selama jangka waktu tertentu
II.2.2 Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Dosis Obat
Dosis obat yang diberikan kepada
penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita
itu sendiri. Terutama faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali,
karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat
diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor di bawah ini didapati sekaligus.
Faktor Obat
1.
Sifat fisika : Daya larut obat
dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
2.
Sifat kimiawi : Asam, basa, garam, ester,
garam kompleks, pH, pKa.
3.
Toksisitas : Dosis obat
berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
Cara Pemberian Obat Kepada Penderita
1. Oral : dimakan atau diminum
2. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
3. Rektal, vaginal, uretral,
transdermal
4. Lokal, topical
5. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
Faktor Penderita
1. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatric
2. Berat badan : biarpun
sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar
3. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan
hormone
4. Ras : “slow & fast acetylators”
5. Toleransi
6. Kehamilan
7. Laktasi
8. “circadian
rythme”
9. Lingkungan
10. Obesitas : untuk
obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan
11. Sensitivitas individual
12. Keadaan pato-fisiologi: kelainan
pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi
metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat
II.2.3 Macam Dosis
Adapun
macam-macam dosis sebagai berikut:
- Dosis medicinalis = dosis terapeutik = dosis lazim
- Dosis awal (loading dose) atau dosis permulaan (initial dose) = dosis obat untuk memulai terapi sehingga dapat mencapai konsentrasi terapeutik dalam tubuh yang menghasilkan efek klinis.
·
Dosis pemeliharaan (maintenance dose)
= Dosis obat yang diperlukan untuk
memelihara – mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang
Sesuai dengan dosis regimen.
·
Dosis toxica = dosis sampai terjadi
keracunan
- Dosis letalis (LD) = dosis sampai terjadi kematian
A. Dosis Maksimum
·
DM :
Dosis tertinggi yang relatif masih aman (dewasa)
·
DM prn: Dosis boleh melebihi kalau
diperlukan dokter → memakai tanda seru (1 – 2 mg !)
·
DM untuk anak: Dihitung khusus
B. Dosis Anak
Dosis
obat untuk anak dihitung khusus hal ini dikarenakan respon tubuh anak dan
dewasa terhadap obat berbeda karena faktor-faktor endogen dan eks.
parameter-parameter
perbedaan anak dan dewasa adalah :
o Pola
ADME (absorpsi,distribusi,metabolisme,ekskrsi)
o sensitivitas
intrinsik berlainan terhadap bahan obat
o redistribusi
dari zat-zat endogen
Cara-cara menghitung
dosis obat uuntuk anak
1. BERDASAR
PERBANDINGAN DENGAN DEWASA
a. menurut
perbandingan umur
b. menurut
perbandingan berat badan
c. menurut
perbandingan luas permukaan tubuh (LPT) /BSA
2. BERDSAR
UKURAN FISIK ANAK SECRA INDIVIDU
a. sesuai
berat badan anak (kg)
b. sesuai
LPT (nomogram Du Bois)
c. rumus
R.O.Mosteller
LPT
anak/m2 = √ Tcm
x BB kg
360
1. Rumus Dosis Anak Berdasar Umur
- Rumus Young: { n / (n + 12)} x DD
- Rumus Dilling: ( n / 20 ) x DD
- Rumus Cowlling: { (n+1) / 24 } x DD
- Rumus Fried: ( m / 150) x DD
Keterangan:
n = tahun, m = bulan, DD=dosis dewasa
2. Rumus
Dosis Anak Berdasar BB
- Rumus Clark: ( BB / 70 ) x DD
- Rumus Augeberger: { (1½ BB+10) / 100 } x DD
Keterangan:
BB = BB anak dalam Kg, DD=dosis dewasa
C. Dosis Khusus
- Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase BB tanpa lemak (BBTL)
- BBTL = BB x (100 - % lemak)
D. Dosis penderita geriatrik
(>65 tahun)
pada umumnya kecepatan absorbsi obat lebih lambat pada lansia dari
pada dewasa muda. Karena factor-faktor berikut:
1. berkurangnya
sekresi getah lambung sehingga kecepatan disolusi sediaan tablet & kapsul
menurun , juga kadar ionisasi obat
2. Perubahan
mukosa penderita dapat memperlambat transpor aktif obat
3. perubahan
kecepatan pengosongan lambung, motilitas usus menurunnya aliran darah ke
mesenteric
Jadi untuk menghitung
dosis pada penderita ini adalah
·
Dosis diturunkan ( ± 75 % DD)
·
Perubahan fisiologis dan patologis
diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)
E. Dosis penderita
ginjal:
·
Ekskresi obat terganggu → obat lebih
lama di peredarah darah
·
Dosis dan interval obat harus diatur
F. Dosis Tetesan Infus
·
Infus dewasa (makro) 1 cc = 20 tetes,
·
Infus anak (mikro) 1cc = 60 tetes (atau
ditentukan lain)
·
Rumus: cc/jam → cc/menit → tetes/menit
II.2.4 Arti % (PERSEN)
Dalam Campuran Obat
Jumlah obat dalam suatu campuran obat
dapat ditulis berupa persentase
Arti % dapat berupa:
Ø Persen berat/berat (% b/b) → untuk bahan
padat/padat
Contoh: Salisilat talk 10%
Ø Persen berat/volume (% b/v) → untuk obat suntik
Contoh: Morphin HCl 1%
Ø Persen vol/vol (% v/v) → untuk bahan cair/cair
Contoh: Alkohol 70%
Ø Persen Vol/berat (% v/b) → untuk cairan –
minyak/obat asli
Contoh: salep, cream
II.2.5
Cara Obat Bekerja Didalam Tubuh
seperti yang telah kita ketahui, hal
yang pertama kali kita lakukan jika kita sedang sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada
yang tidak beres dengan tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan
mencari obat untuk mengobati sakit yang kita derita.
Namun apakah kita tau bagaimana cara
obat bekerja didalam tubuh kita itu?. Oleh karenanya Paling tidak, kita harus
tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam tubuh, sampai
kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan rasa
sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly”
alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus tahu akibat
buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.
Ada 2 istilah yang akan dapat membantu untuk mengetahui
bagaimana cara kerja obat dalam tubuh, yaitu: Farmakokinetik dan Farmakodinamik.
Farmakokinetik adalah istilah yang menggambarkan bagaimana
tubuh mengolah obat, kecepatan obat itu diserap (absorpsi), jumlah obat yang
diserap tubuh (bioavailability), jumlah obat yang beredar dalam
darah(distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya dibuang dari tubuh.
Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat, lama kerja dan intensitas
efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada usia, seks, genetik, dan
kondisi kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan maksudnya adalah, apakah
seseorang itu sedang menderita sakit ginjal, sakit hati, kegemukan, kondisi
dehidrasi, dll.
Farmakodinamik menggambarkan
bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh, melibatkan reseptor,
post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakokinetik dan farmakodinamik membantu
menjelaskan hubungan antara dosis dan efek dari obat. Respon farmakologis
tergantung pada ikatan obat pada target. Konsentrasi obat pada reseptor mempengaruhi
efek obat.
Farmakodinamik dipengaruhi oleh
perubahan fisiologis tubuh seperti proses penuaan, penyakit atau adanya obat
lain. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi farmakodinamik contohnya adalah
mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok), malnutrisi(salah gizi) dll. Atau
lebih gampangnya seperti ini, jika kita sudah merasakan efek-efek obat timbul
misalnya, migrain-kita lenyap setelah minum analgesik, diare-ku berhenti
setelah minum “obat pengampet”, sesek-ku hilang setelah minum obat asthma,
stress-ku hilang setelah minum obat penenang. Nah ini yang disebut dengan
istilah farmakodinamik tadi.
Penyerapan (absorbsi) obat
ditentukan oleh antara lain, bentuk sediaan( tablet, kapsul atau sirup), bahan
pencampur obat, cara pemberian obat(apakah diminum, lewat suntikan, dihirup
dll). Absorbsi obat sudah dimulai sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus,
dan usus besar. Tapi terjadi terutama di usus halus karena permukaannya yang
luas, dan lapisan dinding mukosanya lebih permeabel. Jadi selain pemilihan obat
oleh dokter harus tepat, kondisi tubuh juga menentukan. Misalnya jika kita lagi
sakit "maag" atau lagi diare, yang akan mempengaruhi proses absorbsi
obat.
Bioavailability artinya jumlah dan
kecepatan bahan obat aktif masuk ke dalam pembuluh darah, dan terutama ditentukan
oleh dosis dari obat. Nah, dosis obat hanya bisa ditentukan oleh dokter yang
memang belajar farmakologi. Dokter dan ahli farmasi yang belajar mulai dari
obat itu terbuat dari apa, bagaimana kerja dan efek sampingnya, bagaimana
menghitung dosisnya, berapa lama boleh di konsumsi dst. Setelah obat masuk dalam sirkulasi darah,
kemudian di distribusi kan ke dalam jaringan tubuh. Distribusi obat ini
tergantung pada rata-rata aliran darah pada organ target, massa dari organ
target, dan karakteristik dinding pemisah diantara darah dan jaringan. Di dalam
darah obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan komponen darah
albumin, gliko-protein dan lipo-protein, sebelum mencapai organ target. Albumin
dan yang lainnya itu adalah protein dalam tubuh kita, jadi bisa di ketahui,
pada pasien-pasien yang kurang gizi berakibat kerja obat tidak efektif dan
perlu penyesuaian dosis.
Tempat utama metabolisme obat di
hati, dan pada umumnya obat sudah dalam bentuk tidak aktif jika sampai di hati,
hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif sampai di hati. Obat-obatan di
metabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi,
kondensasi atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh
tubuh lewat urin dan empedu. Kecepatan metabolisme pada tiap orang berbeda
tergantung faktor genetik, penyakit yang menyertai(terutama penyakit hati dan
gagal jantung), dan adanya interaksi diantara obat-obatan. Dengan bertambahnya
umur, kemampuan metabolisme hati menurun sampai lebih dari 30% karena menurunnya
volume dan aliran darah ke hati. Untuk orang yang mempunyai penyakit hati
menyebabkan metabolisme obat menurun, sehingga sisa obat tidak efektif dibuang
oleh tubuh. Disini dokter harus betul-betul tepat memberikan, apakah obat bisa
diberikan pada pasien-pasien yang berpenyakit hati, kalau tidak justru akan
memperberat kerja hati atau malah sisa obat tidak bisa dibuang oleh tubuh dan
akan mengalami keracunan.
Ginjal adalah tempat utama ekskresi
pembuangan obat. Sedangkan sistem billier membantu ekskresi untuk obat-obatan
yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem pencernaan. Sedangkan kontribusi
dari intestin(usus), ludah, keringat, air susu ibu, dan lewat paru-paru kecil,
kecuali untuk obat-obat anestesi yang dikeluarkan waktu ekshalasi. Metabolisme
oleh hati membuat obat lebih “polar” dan larut air sehingga mudah di ekskresi
oleh ginjal. Obat-obatan dengan berat lebih dari 300 g/mol yang termasuk grup
polar dan “lipophilic” di ekskresikan lewat empedu. Ada beberapa obat yang
pantang diberikan pada pasien-pasien dengan fungsi ginjal yang sudah tidak
bagus kerjanya, dan jika tidak hati-hati dan salah makan obat bisa -bisa ginjal
akan berhenti bekerja.
BAB III
STUDI KASUS
III.1 Masalah Yang Dihadapi
Ketika sedang merawat pasien jiwa,
terkadang perawat terjebak dalam konsep yang mungkin bisa kita namakan dengan
fenomena Full Komunikasi Terapeutik.
Fenomena di mana perawat
“hanya
berkomunikasi, berbicara dan melakukan pendekatan dan terus berharap pasiennya
akan membaik tanpa tahu bagaimana sebenarnya kemungkinan pasien dapat
sembuh."
Fenomena yang unik mungkin, yaitu
karena dalam pengajarannya, perawat tidak banyak diperkenalkan dengan konsep
psikopatologi (perubahan apa yang terjadi di dalam tubuh pasien yang sakit
jiwa). Kita diajarkan beribu-ribu cara
pendekatan kepada pasien jiwa, tetapi tidak diperdalam mengenai konsep patologi
dan obat-obatannya. Mungkin salah satunya karena “Fenomena Obat” bukan termasuk
wewenang keperawatan. Padahal, sebagai orang yang “terus menerus” berinteraksi dengan pasien, walaupun bukan
kewenangannya, seharusnya, konsep psikopatologi dan psikofarmakologi merupakan
hal yang utama diajarkan dan dikuasai oleh para perawat. Mungkin alasannya
karena ada kondisi tertentu, di mana pasien memang “harus ditangani dengan obat”
Psikofarmaka adalah obat-obatan
yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk
obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika (bekerja pada sistem
saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang
meliputi:
1. Teori biologis (somatik), mencakup:
pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT)
2. Psikoterapeutik
3. Terapi modalitas
III.2 Konsep
Psikofarmakologi
Psikofarmakologi adalah
komponen kedua dari manajemen psikoterapi. Dimana Perawat perlu memahami konsep
umum dari psikofarmaka. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin,
neuroepinefrin, serotonin dan GABA (Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain. Meningkat
dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan
atau gangguan mental. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur
keseimbangan neurotransmitter
Konsep Psikofarmakologi
1. Sawar darah otak melindungi otak dari
fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah dan kecepatan zat yang memasuki otak
2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati
sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi sistem saraf
3. Extrapyramidal side efect (efek samping
terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat penggunaan obat penghambat dopamin,
agar didapat keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin
4. Anti cholinergic side efect (efek
samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan obat penghambat acetilkolin
Menurut Rusdi Maslim yang
termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan:
1. Anti psikotik, pemberiannya sering
disertai pemberian anti parkinson
2. Anti depresi
3. Anti maniak
4. Anti cemas (anti ansietas)
5. Anti insomnia
6. Anti obsesif-kompulsif
7. Anti panik
Adapun yang paling sering digunakan oleh klien jiwa adalah :
A. Anti Psikotik
Anti psikotik termasuk golongan
mayor trasquilizer atau psikotropik: neuroleptika.
Mekanisme kerja:
Menahan kerja reseptor dopamin
dalam otak (di ganglia dan substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal.
Efek farmakologi:
Sebagai penenang, menurunkan
aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi :
delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.
Indikasi pemberian :
Pada semua jenis psikosa, Kadang
untuk gangguan maniak dan paranoid
Efek Samping
Antipsikotik
a. Efek samping pada sistem saraf
(extrapyramidal side efect/EPSE)
1). Parkinsonisme
Efek samping ini
muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala
parkonsonisme:
Tremor : paling jelas pada saat istirahat
Bradikinesia : muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat
berjalan
Rigiditas : gangguan tonus otot (kaku)
2). Reaksi distonia: kontraksi otot
singkat atau bisa juga lama
Tanda-tanda:
muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol
3). Akathisia
Ditandai oleh
perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan
cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang
pada saat duduk.
Ketiga efek
samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali
normal).
4). Tardive dyskinesia
Merupakan efek
samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang
bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang
berulang pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu
jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.
b. Efek samping pada sistem saraf
perifer atau anti cholinergic side efect
Terjadi karena penghambatan pada
reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti kolinergik adalah:
·
Mulut
kering
·
Konstipasi
·
Pandangan
kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris)
menyebabkan presbiopia
·
Hipotensi
orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik
·
Kongesti/sumbatan
nasal
Jenis obat anti psikotik yang sering
digunakan:
•
Chlorpromazine
(thorazin) disingkat (CPZ)
•
Halloperidol
disingkat Haldol
•
Serenase
B. Anti
Parkinson
Mekanisme kerja:
Meningkatkan reseptor dopamin,
untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik.
Efek samping : sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.
Jenis obat yang sering digunakan:
levodova, tryhexifenidil (THF).
C. Anti
Depresan
Hipotesis:
Syndrome depresi disebabkan oleh
defisiensi salah satu/beberapa aminergic neurotransmitter (seperti:
noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada
sistem limbik.
Mekanisme kerja obat:
•
Meningkatkan
sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter
•
Menghambat
re-uptake aminergik neurotransmitter
•
Menghambat
penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi peningkatan
jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP.
Efek farmakologi:
Mengurangi gejala depresi
Penenang
•
Indikasi:
syndroma depresi
•
Jenis
obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO inhibitor, amitriptyline
(nama dagang).
•
Efek
samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem saraf
perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi
orthostatik.
D. Obat Anti
Mania/Lithium Carbonate
Mekanisme kerja: menghambat pelepasan
serotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor dopamin.
Hipotesis: pada mania terjadi peluapan
aksi reseptor amine.
Efek farmakologi:
Ø Mengurangi agresivitas
Ø Tidak menimbulkan efek sedatif
Ø Mengoreksi/mengontrol pola tidur,
iritabel dan adanya flight of idea
Indikasi:
Mania dan hipomania, lebih efektif
pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi berat pemberian obat anti mania
dikombinasi dengan obat antipsikotik.
Efek samping:
Efek neurologik ringan: fatigue,
lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea,
diare.
Efek toksik:
Pada ginjal (poliuria, edema), pada
SSP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan disorientasi; pada ginjal
(meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan oedema.
E. Anti
Ansietas (Anti Cemas)
Ansxiolytic
agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain: diazepam
(chlordiazepoxide).
F. Obat Anti Insomnia: Phenobarbital
G.Obat Anti Obsesif Kompulsif: clomipramine
H. Obat Anti Panik: imipramine
III.3 Peran Perawat
Dalam Pemberian Obat
Sebelum seorang perawat melakukan
pengobatan kepada pasien jiwa, perawat terlebih dahulu melakukan Pengumpulan, yang
meliputi:
§ Diagnosa medis
§ Riwayat penyakit
§ Riwayat pengobatan
§ Hasil pemeriksaan laboratorium (yang
berkaitan)
§ Jenis obat yang digunakan, dosis, cara
dan waktu pemberian
§ Program terapi lain
§ Mengkombinasikan obat dengan terapi
modalitas
§ Pendidikan kesehatan untuk klien dan
keluarga, tentang pentingnya minum obat dan penanganan efek samping obat
§ Monitor efek samping penggunaan
obat
Melaksanakan prinsip pengobatan
psikofarmaka
1. Persiapan
o
Melihat
order pemberian obat di lembaran obat (di status)
o
Kaji
setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek
samping dan cara pemberian
o
Kaji
pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
o
Kaji
kondisi klien sebelum pengobatan
2. Lakukan minimal prinsip lima benar
dalam pemberian obat
3. Laksanakan program pemberian
obat
§ Gunakan pendekatan tertentu
§ Bantu klien minum obat, jangan
ditinggal
§ Pastikan bahwa obat telah diminum
§ Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi
pemberian obat, sebagai aspek legal
4. Laksanakan program pengobatan
berkelanjutan, melalui program rujukan
5. Menyesuaikan dengan terapi non
farmakologik
6. Turut serta dalam penelitian tentang
obat-obat psikofarmaka
EVALUASI
Reaksi obat efektif jika:
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal
meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri
menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut
nadi
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa medicine atau obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional. Dimana obat mempunyai khasiat masing-masing yang dapat bermanfaat
bagi kita namun juga memiliki efek samping saat kita mengkonsumsinya.
Pada seorang yang mempunyai kelainan
jiwa kita dapat memberikannya obat psikofarmaka,
lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT). Dimana dalam pemberiannya yang
dilakukan oleh seorang perawat, perawat harus mengumpulkan data terlebih dahulu
sebelum melakukan pengobatan, kemudian melaksanakan
prinsip pengobatan psikofarmaka dan yang terakhir perlu melakukan evaluasi,
apakah obat tersebut sudah berreaksi dengan baik atau masih belum.
DAFTAR PUSTAKA
§ http://akpersubang.wordpress.com/2010/07/12/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/,
diambil 27 januari
2012
2412230.html,
diambil 27 januari
januari
2012
§ http://peperonity.com/go/sites/mview/klinik/16646131,
diambil 23 januari 2012
§ http://portalperawat.blogspot.com/2009/05/psikofarmakologi-obat-obatan-untuk.html,
diambil 27 januari
§ http://www.anakku.net/menghitung-dosis-obat/,
diambil 23 januari 2012